Ibn Tofail :: Ilmuwan Andalusia :: Pelopor Konsep Autodidak dan Tabula Rasa

Beliau adalah salah satu polymath Muslim di Andalusia; yaitu seorang jenius yang menguasai lebih dari satu cakupan ilmu dan ahli dalam semua ilmu yang dikuasainya itu. Ibnu Tufail merupakan seorang filosof, pujangga dan novelis. Selain itu dia adalah ilmuwan di bidang matematika, fisika, astronomi, kedokteran dan teologi Islam.

***

Karya master-piece Ibnu Tufail ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap literatur Arab dan literatur Eropa, dan telah menjadi salah satu best-seller yang sensasional di belahan barat Eropa sepanjang abad 17 hingga abad 18. Pengaruh kuat dari buku ini juga tampak pada filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Buku ini telah menjadi salah satu buku terpenting pencetus lahirnya Revolusi Sains dan Pencerahan Eropa. Filsafat yang tertuang dalam buku ini bisa dijumpai pada karya-karya Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton dan Imanuel Kant dalam berbagai variasi dan derajat yang berbeda-beda. Buku ini pula yang kelak mengilhami cerita dan kartun Mowgli yang kita kenal saat ini.


[Pengantar] Bismillah. Saya tulis ini atas dasar mengenang memori kejayaan Islam di bagian barat, khususnya kawasan Andalusia (sebagian besar Spanyol) dan Barat Islam الغرب الإسلامي (sekarang mencakup Maroko, Aljazair, Tunis, Libia hingga Mauritania). Yah, Islam memang dulu pernah jaya disini. Tapi itu dulu. Sekarang Andalusia sebagai pusat peradaban tinggallah kenangan.

Lalu untuk apa kita mengenang sesuatu yang sudah menjadi debu dan angin lalu, sudah basi dan usang? Apa pentingnya menuturkan sesuatu hal yang out of date. Bukankah lebih baik menatap hari depan? Itu mungkin yang akan menjadi pertanyaan kebanyakan kita. Memang benar, kita tidak boleh terlarut akan kenangan kejayaan. Dan kita harus menerawang jauh ke depan, demi cerahnya hari esok.

Tapi sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia tidak akan bisa lepas dari yang namanya Sejarah. Karena sejarahlah yang telah mencatat dan merekam setiap detail tingkah laku manusia di atas dunia ini. Dengan sejarah manusia bisa belajar banyak. Belajar untuk tidak mengulangi kehancuran pendahulunya, belajar mengikuti kejayaan mereka, bahkan belajar agar dapat menambal kekurangan yang terekam dari nenek moyangnya. Dengan itu, manusia bisa terus eksis dan membuat kemajuan bagi hidup kehidupannya.

Berbekal semangat inilah saya tuturkan satu sisi keindahan dan kejayaan sejarah Andalusia. Agar kita bisa belajar untuk meraih kejayaan yang sifatnya mengayomi, sebagaimana halnya Andalus di kala itu. Juga agar kita khususnya kaum muslimin bisa belajar untuk tidak selalu membuntut, tunduk dan menyerah pasrah kepada gencarnya cekokan peradaban Barat yang sekarang merajalela. Islam dan kaum muslimin harus bisa duduk sebagai sebuah peradaban yang diakui dan dihormati, sejajar dengan tetangga Baratnya. Bukan sebagai sebuah peradaban yang selalu jadi bahan cemoohan dunia, identik dengan terorisme dan hal-hal memilukan lainnya.

Karena saya belajar di Maroko yang masih masuk ke dalam pengaruh kejayaan peradaban Andalusia, maka cukup tepat jika saya tulis hal-hal yang berkaitannya. Tokoh yang akan kita kunjungi kali ini bernama Ibnu Tufail, filosof dan ilmuwan yang namanya diabadikan sebagai nama universitas tempat saya menuntut ilmu sekarang. Selamat membaca[.]

Selatan kota Granada menjadi saksi lahirnya seorang tokoh Islam yang kelak di kemudian hari akan dikenang sepanjang sejarah. Tepatnya di kota Guadix (وادي آش) pada tahun 494 Hijriah atau sekitar tahun 1105 Masehi, telah lahir Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tofail al-Qaisy al-Andalusy (أبو بكر بن عبد الملك بن محمد بن طفيل القيسي الأندلسي). Beliau adalah salah satu polymath Muslim di Andalusia; yaitu seorang jenius yang menguasai lebih dari satu cakupan ilmu dan ahli dalam semua ilmu yang dikuasainya itu. Ibnu Tufail merupakan seorang filosof, pujangga, novelis. Selain itu dia adalah ilmuwan di bidang matematika, fisika, astronomi, kedokteran dan teologi Islam.

Para ahli sejarah tidak dapat menuturkan keseluruhan latar belakang dari tokoh kita ini disebabkan keterbatasan data. Tidak diketahui siapa saja keluarga dan kerabat Ibnu Tufail. Satu hal yang bisa dipastikan, Ibnu Tufail telah mengenyam pendidikan kedokteran di kota Granada sampai akhirnya beliau menjadi salah satu rujukan utama dalam kedokteran pada masanya.

Lembaran sejarah mencatat bahwa Ibnu Tufail pada masa hidupnya merupakan seorang tokoh yang cukup disegani dan berpengaruh. Beberapa jabatan pernah didudukinya. Mulai dari sekretaris umum walikota Granada, juga menjadi sekretaris dewan wilayah Tangier (baca: Tanjah, kota di utara Maroko). Puncak karirnya tercapai manakala Ibnu Tufail terpilih menjadi penasehat politik (vizier, الوزير) dan dokter pribadi Sultan Abu Yusuf Ya'qub, Amirul Mukminin pada Dinasti Muwahidin.

Pada saat Ibn Tofail menduduki jabatan inilah pengaruhnya atas Sultan dan Khalifah Muwahidin tampak dengan jelas. Hal ini dia manfaatkan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin tokoh ahli, ilmuwan dan ulama dari seluruh penjuru dinasti Muwahidin. Salah satunya adalah filosof sekaligus ahli kedokteran yang tak kalah terkenalnya, seorang polymath lain dari Andalus; Ibnu Rusyd. Kelak setelah wafatnya Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd-lah yang menjadi penerusnya, menggantikan posisi Ibnu Tufail.

Sejarah mencatat bahwa Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd sering berbincang, berdebat dan saling evaluasi seputar masalah-masalah kedokteran dan filsafat. Evaluasi dan perdebatan mereka yang khusus membicarakan tentang kedokteran kemudian dicatat oleh Ibnu Tufail dalam karyanya "مراجعات ومباحث" (Muraja'at wa Mabahits; Revisi-revisi dan pembahasan -red). Lalu catatan tulisan ini oleh Ibnu Rusyd dimasukkan menjadi bagian dari salah satu karangannya: "الكليات" (al-Kulliyyat). Karya kedokteran lain dari Ibnu Tufail yang masih bisa nikmati adalah "الأرجوزة في الطب" (Arjuzah fi at-Thib) sepanjang 7700 bait, sekarang masih tersimpan di perpustakaan Jami' al-Qarawiyyin Fes - Maroko dalam bentuk manuskrip.

Selain mumpuni di bidang kedokteran, Ibnu Tufail juga merupakan master bidang astronomi. Teori-teori briliannya di bidang ilmu perbintangan secara ringkas dilukiskan oleh Lyon Goteh (?)-seorang orientalis Perancis: "Walaupun tidak ditemukan tulisan-tulisan Ibnu Tufail di bidang astronomi, namun kita tahu bahwa dia tidak setuju dengan teori system jagat raya yang diletakkan Batlimus, bahkan kita tahu bahwa Ibnu Tufail telah memiliki teori baru". Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Ibn Rusyd bahwa Ibnu Tufail memiliki teori-teori sensasional sekitar system jagat raya dan dasar-dasar perputarannya.

Namun bukan semua itu yang menjadikan nama Ibnu Tufail dikenang dalam sejarah Islam bahkan sejarah dunia. Sebuah master-piece Ibn Tofail berjudul "حي بن يقظان" (Hayy bin Yaqzhan, di Barat dikenal sebagai: Philosophus Autodidactus) telah menorehkan tinta emas di atas lembaran sejarah sebagai salah satu karya paling berharga yang pernah ada di bidang filsafat.

Dalam mengarang buku ini Ibnu Tufail banyak terpengaruh filsafat Plato. Pemikiran-pemikiran filosofis Ibn Tofail ketika menulis buku ini telah mencapai taraf yang paling matang. Ditulisnya pemikiran-pemikirannya dalam bentuk novel alegori sembari menawarkan sebuah korelasi filsafat antara akal dan agama dalam pencarian kebenaran hakiki. Hayy, nama aktor utama novel ini adalah simbol dari akal manusia. Bin atau ibn dalam bahasa Arab berarti anak. Sementara Yaqzhan oleh Ibnu Tufail dijadikan sebagai simbol atas Allah, Tuhan YME.

Hay bin Yaqzhan aka Philosophus Autodidatus dalam bahasa aslinya (bahasa Arab)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Ibn Tofail :: Ilmuwan Andalusia :: Pelopor Konsep Autodidak dan Tabula Rasa"

Post a Comment